Siapapun
Anda yang saat ini hidup di daerah pedesaan tentulah tidak asing lagi dengan
hewan ternak, bisa berupa sapi, kerbau, kambing, ayam dan hewan ternak lain
yang menghasilkan kotoran. Tentu saja sebagai warga desa juga tidak terlalu
heran dengan banyaknya kotoran yang menumpuk di sekitar kandang.
Bau
yang menyengat dan tentu saja lingkungan yang kotor akibat kotoran hewan ini
menjadi pemandangan yang sehari-hari kita temukan. Meskipun terkesan lumrah
namun dengan adanya kotoran-kotoran yang menumpuk dan tanpa penanganan yang
tepat akan dapat merusak pemandangan dan juga dapat menjadi penyebab pencemaran
lingkungan. Misalnya pencemaran air akibat dari meresapnya limbah hewan ini ke
dalam sumur kita. Warna air menjadi kecoklatan dan tentu saja mengandung banyak
bakteri yang berbahaya. Selain pencemaran air juga dapat mencemari udara akibat
bau yang menyengat dan juga asap akibat dari pembakaran yang dilakukan pada
kotoran tersebut.
Hal-hal
tersebut merupakan aneka dampak negatif adanya limbah hewan ternak di sekitar
kita. Yang sejatinya menjadi pemandangan yang cukup mengganggu dan tentu saja
berbahaya bagi kesehatan kita.
Akan
tetapi, meskipun kotoran hewan ternak tersebut dapat mencemari lingkungan
khususnya air sumur, namun keberadaannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Baik
pupuk yang tanpa pengolahan maupun yang harus diolah menjadi pupuk kompos.
Pupuk yang diperoleh dari kotoran hewan tanpa diolah disebut dengan pupuk
kandang. Para petani biasanya memanfaatkannya sebagai pupuk dipekarangan,
ladang maupun sawah mereka.
Sehari-hari para
petani ini mengangkut kotoran hewan yang masih utuh tersebut ke area persawahan
maupun perladangan. Tujuannya sebagai pengganti pupuk kimia dan tentu saja
bertujuan mengembalikan unsur hara dalam tanah setelah sekian lama menggunakan
pupuk kimia buatan, seperti Urea, TS, KCL dan lain sebagainya.
Dengan
menggunakan pupuk kandang tersebut para petani sedikit-demi sedikit
mengembalikan kondisi tanah yang sempat terjadi proses pengresukan karena pupuk
kimiawi dengan kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang.
Selain para petani
menggunakan pupuk kandang tanpa diolah terlebih dahulu, saat ini pun sudah
banyak tekhnologi pertanian yang digunakan untuk membuat pupuk kompos, dengan
bahan kotoran hewan ternak yang ada di sekitar kita. Dengan cara praktis dan
dan mudah para petani dapat melakukannya tanpa menggunakan cara-cara atau
metode yang cukup rumit.
Menurut
definisi J.H.Cwaford (2003) kompos adalah hasil dekomposisasi parsial/tidak
lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab
dan aerobik.
Proses
pembuatannya tidak terlalu rumit yaitu dengan melakukan manipulasi kondisi agar
mempercepat pertumbuhan mikroba yang mempermudah proses pembentukan kompos
selain itu dilakukan penambahan organisme (cacing) agar proses pembuatan kompos
lebih cepat dilakukan.
Tidak
hanya petani yang dapat membuat pupuk kompos ini, anak-anak sekolah pun
sebenarnya dapat dilatih ketrampilannya dalam menciptakan pupuk alternatif
selain pupuk kimia yang dapat mereka pelajari dan mereka buat. Sebagai upaya
menanamkan kesadaran akan cinta lingkungan dan tentu saja pengetahuan dan
pengalaman hidup (life skill) menciptakan kreasi pupuk dari kotoran hewan
di lingkungan sekitar.
Bagi
para siswa, pelatihan pembuatan pupuk kompos sejatinya juga sangat terintegrasi
dengan materi pelajaran pokoknya, apalagi dalam konsep pendidikan sepanjang
masa (long live education) dan pendidikan tematik, setiap materi yang diajarkan
di sekolah akan sangat berkaitan satu materi dengan materi yang lain. Bahkan
dengan adanya pelatihan pembuatan pupuk kompos ini sejatinya ada banyak unsur
pendidikan yang dapat diperoleh. Diantaranya anak dapat mengenal hewan ternak,
kotoran hewan, unsur hara, kandungan kimia, jumlah atau takaran bahan, mengenal
waktu, mengenal alat-alat pertanian, dan tentu saja mengenal proses pembuatan
secara menyeluruh.
Selain
mengkombinasikan segenap pengetahuan, sang anak sudah diajarkan bagaimana
menjaga kelangsungan makhluk hidup dan lingkungan serta bagaimana memanfaatkan
potensi di lingkungan sekitar sebagai bagian perlindungan alam. Konsep go green
pun sudah dilakukan. Belajar ilmu kognitif dikombinasikan dengan belajar
afektif dan psikomotorik. Bahkan lebih dari sekedar belajar, sang anak akakn
mendapatkan bekal yang cukup memadai bagaimana mereka dapat memproduksi pupuk
kompos sebagai bagian mencari penghasilan.
Sehingga
dengan pelatihan tersebut sejatinya para pendidik telah menanamkan konsep
pendidikan secara utuh dan tidak hanya secara parsial. Diharapkan dengan
pelatihan tersebut anak secara langsung melakukan proses belajar sambil
melakukan dengan tindakan nyata (learning by doing atau doing by learning)
melakukan sambil belajar. Sebuah proses pendidikan yang amat komprehensif dan
universal.
Bagaimana
Cara Membuat Pupuk Kompos?
Pembuatan
pupuk kompos sejatinya tidaklah sulit, dan dapat dilakukan dalam bedengan yang
dibuat persegi dari pasangan bata atau dalam wadah yang dibuat dari drum, namun
proses pengeraman harus terjadi sehingga pertumbuhan mikroba dan bakteri dalam
komposisi dapat terjadi.
Jika
bedengan tidak ditemukan dapat juga dilakukan di atas tanah kering dan ditutup
oleh plastik sebagai penahan panas di dalam bahan kompos, sehingga proses
keluarnya panas hasil dari proses pengeraman terjadi.
Terlebih
dahulu mempersiapkan alat-alat, seperti cangkul, sarung tangan, pakaian kerja
dan tentu saja plastik penutup.
1. Bahan
pembuatan kompos
Adapun
bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan kompos lebih khusus kompos yang
berbahan dasar kotoran sapi, adalah sebagai berikut:
1.
Kotoran sapi minimal 40% dan lebih baik jika bercampur
dengan urin. Karena kualitas kotoran sapi yang bercampur dengan urin lebih baik
daripada yang tidak.
2.
Jika ada boleh menambahkan kotoran ayam, maksimal 25%
dari komposisi yang akan dibuat.
3.
Serbuk sabuk
kelapa atau dapat digantikan dengan jerami dan sampah rumah tangga, komposisinya sekitar 10%.
4.
Abu dapur sekitar 10%.
5.
Kapur pertanian (dolomit) secukupnya.
6.
Stardec sekitar 0,25% (stimulan untuk pertumbuhan
mikroba yaitu bahan pemicu tumbuhnya mikroba dalam campuran bahan yang akan
dijadikan kompos)
Jika stardec tidak
ada dapat diganti dengan kompos yang sudah jadi, sehingga mengalami proses yang
sama seperti penggunaan stardec.
Setelah
bahan-bahan terkumpul, proses pembuatan kompos dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Sehari sebelum pengomposan terlebih dahulu mencampurkan
bahan utama (kotoran sapi, kotoran ayam jika ada, sabut kelapa/serbuk
gergaji, abu dapur dan kapur pertanian (dolomit) secara merata atau ditumpuk
mengikuti lapisan yaitu, kotoran ayam dipaling bawah, kemudian kotoran sapi
dengan ketinggian maksimul 30 cm (menyesuaikan jumlah kotoran yang tersedia).
2.
Lapisan berikutnya dari kapur pertanian (dolomit)
tujuan untuk menaikkan PH pada kompos karena pada PH yang tinggi mikroba akan
tumbuh dengan baik tujuannya untuk menurunkan kadar keasaman pada komposisi.
3.
Menambahkan serbuk dari sabut kelapa atau serbuk
gergaji.
4.
Menaburkan abu pada bagian paling atas.
5.
Proses penumpukan dapat diulangi seterusnya di bagian
atas sampai ketinggian sekitar 1,5 meter.
6.
Pada hari pertama tumpukan bahan disisir atau diaduk
dengan stardec sebanyak 0,25% atau 2,5 kg untuk campuran sebanyak 1 ton. Dengan
bahan tumpukan minimal 80 cm.
7.
Agar kompos tidak terkena panas matahari dan hujan
sebaiknya dalam mengolah kompos dilakukan di sebuah bedeng yang beratap.
8.
Tumpukan dibiarkan selama satu minggu tanpa ditutup
tujuannya agar suplai udara tetap terjaga dan dilakukan pembalikan pada saat ke
14, 21 dan 28 hari.
9.
Setelah di atas 28 hari, jika kompos sudah berubah
warna menjadi hitam pekat, maka proses pembuatan kompos sudah berhasil.
Setelah
kompos diperkirakan sudah jadi, kompospun dapat dikeduk dengan cangkul dan
dimasukkan ke dalam kantung-kantung plastik dengan tujuan agar lebih mudah
menyimpan dan mengangkutnya ke lahan pertanian.
Bisa
juga dengan tujuan agar kompos dapat dipasarkan pada masyarakat umum sehingga
dijual perkarung dengan harga disesuaikan dengan harga pasaran.
Dengan
pelatihan pembuatan pupuk kompos sejatinya kita sudah membudidayakan pupuk
sehat tanpa bahan kimia yang merusak lingkungan. Tapi justru dengan keberadaan
pupuk kompos tersebut akan meningkatkan kesuburan tanah setelah tanah beberapa
kali ditanami.